Bukankah jalan sudah habis? Lalu bagaimana lagi aku harus mengantarmu pulang. Dan rindu yang masih ada. |
Selasa, 24 Desember 2013
Mengantarmu pulang
Selasa, 17 Desember 2013
Rindu dan pulang
Lalu kapan aku bisa pulang?
Jumat, 06 Desember 2013
Tuan Desember
Seharusnya kami tak pergi dan diam-diam berpuisi. Ia tak bertanduk; jadi ia tak perlu berandai-andai seperti apa tidak bertandu. Tapi perlu juga ia berpikir apa yang terjadi andaikan di pertigaan terakhir motor vespa biru itu tak sempat menyerempetnya. Ah Tuhan. Otaknya terlalu lelah. Bukankah Engkau sudah menciptakan bulan ini untuknya? Dan tulang rusuknya? Dan tulang rusuknya? Ia tak perlu menulis puisi yang indah. Puisinya menulis sendiri ceritsnys untuknya. Dan saat kepalanya berada diantara jemari bukankah pada saat yang sama bola matanya berkelahi pelan di antara kuku-kukunya? Dan k/walau nantinya ia tutup puisi ini dengsn kata-kata yang teramat buruk, bukan karena ia benci bulan ini. Tapi karena ia adalah bulan ini. Lima |
Rabu, 13 November 2013
Sesekali
Sesekali masih sempat ia untuk duduk sendiri dan membuang senyum. Ia biarkan asap berterbangan di udara dan ingatannya mengembara sembunyi-bunyi di bawah awan. |
Jumat, 08 November 2013
Sedangkan
Sedangkan kamu menjelma kata diawal puisi ini, aku hilang menjadi jalan berbatu Dan jalan tak juga habis sementara matahari pwrlahan-lahan mengambil gelap. Sejak semula sudah kuambil tangismu, air matamu dan senyummu. Ia menjelma menjadi sedu-sedan di hari rabu. Lalu nanti kita akan bertemu. Mungkin di hari sabtu. Atau mungkin minggu |
Sabtu, 02 November 2013
Lampu dan waktu
Pada malam serupa ini biasanya saya suduk di halaman sambil memperhatikan lampu jalan. |
Saya benar-benar minta maaf untuk puisi kali ini
Sedang udara diam-diam menjadi penghantar yang baik.
Sedang paru-paru, jantung dan hati menjelma menjad kristal yang baik
Jumat, 18 Oktober 2013
Cara menulis puisi yang baik
Tak ada yang mengetahui kenapa kata-kata keluar berurutan, hanya sekedar harus keluar.
Mungkin juga ingatanmu adalah bumbu yang paling baik. Mungkin juga andaikan kamu tak beringatan, puisi-puisimu akan menjadi lebih baik.
Mana ku tahu, aku tak pernah tak beringatan
Satu akar puisi
Tapi sekali-kali tidak akan menyakitimu jika mengingat bahwa huruf dan kata takkan hadir kecuali seseorang mengucapkannya.
Sedang puisi, sebaik-baik dan seburuk-buruknya tetap membutuhkan pikiran seseorang untuk sekedar hadir
Kamis, 10 Oktober 2013
Setelah pulang
Sedang udara yang sempat kamu hembus di ruangan ini pelan-pelan sudah keluar lewat celah jendela dan pintu.
Minggu, 06 Oktober 2013
Ada yang berbeda
Ada yang berbeda dari dirinya yang sekarang dengan dirinya beberapa masa yang lalu. Ia tetap saja menulis dalam buta, entah siapa yang akan membacanya. Ada yang berbeda namun ia tetap saja memandang semu. Ia tak ingat apapun, ia ingat dirinya. Itu saja. Ia ingat mimpi-mimpinya dan betapa sadar bahwa ia yang sekarang tak pernah sedikitpun ada dalam pikirannya dulu. Dan kata-kata yang mengalir dari jemarinya, sejauh apapun berbeda ia tetap jujur dalam bercerita. |
Minggu, 22 September 2013
Karena aku harus pulang
sedang rinduku akan ku hias baik baik (ia tak pernah kemana-mana)
ia akan sembunyi pelan-pelan jika nanti kita sudah bertemu.
(Mungkin)
Sepele
Lalu untuk apa pergi jika kita tak pernah ingin kembali?
Petanyaan terakhir adalah tentang ada dimana kah kita saat mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan sepele ini?
Senin, 16 September 2013
Selamat datang di kepalanya
Selamat datang di kepalamu, bukankah kamu asing disini? Kamu bisa saja menuang teh dan menggigit biskuit. Tapi kamu tak tahu harus kau apakan lagi ragu. Lalu apalagi yang bisa dilakukan jika memang kendara sudah tiada. Kamu berjanji, benar kamu berjanji. Omong kosong sebenarnya jika kamu masih membiarkannya menunggu. Tepat saat meihatmu bencinya musnah dan membuatnya yakin benci padamu tak pernah ada. Andai kamu sempat dengar doa-doanya yang selalu diselipkannya setiap malam. Dalam hatinya tentu saja ia tak pernah tahu apa lagi isi kepalanya. Tapi ia ingin kepalanya mengganti hatimu hingga tak ada yang perlu dipikirkannya selain menghidupimu dengan pikirannya. Karena bukankah rindunya padamu adalah rindu yang indah? Dan dari setiap bibirnya keluar kata-kata serupa mantra. Dan dari kupingnya keluar cahaya beraroma badai. Jadi ia mau tak mau berandai-andai pula kenapa kamu enggan duduk sekedar sebentar bersamanya disini. Yakin benar ia tak bisa menjajikanmu selendang sutra. Pikirnya cintanya sudah menyelubungimu penuh dan tak perlu lagi hadir diantara mereka. Bukankah cintanya sudah membakar sedemikan rupa? Lalu seperti puisi yang baik maka puisi ini harus berhenti. Namun apabila sempat mungkin akan indah jika ia dan terutama kamu mengerti makna dibalik kata-kata ini. |
Sabtu, 14 September 2013
Tertidur di beranda
Saat besok ia terbangun di beranda, yang pertama dipikirkannya adalah tentang betapa dinginnya beranda di pagi hari. Lalu berikutnya yang melintas di pikiran adalah tentang kenapa ia tertidur di beranda. Kemudian pertanyaaan cepat berganti twntang mengapa ia seorang diri di beranda. Lalu mengapa ia masih menjepit ringan filter tembakaunya. Lalu pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah habis. Setelah pertanyaannya tak juga habis, ia putuskan untuk terus tidur di beranda. |
Puisi ini tak berjudul
Karena dia ada dimana saja saat berada di beranda itulah yang membuatnya tak habis berpikir tentang kenapa kamu masih saja merindukannya dan dia merindukanmu. Sedang apabila rindu salah satu dari kalian telah menggebu, bukankah kehadiran kalian saling terwakili udara yang terbang melayang diantara kalian. Lalu jika memang harus ada yang pergi bukankah kata-kata dan spasi di sela-sela puisi ini telah cukup mengganti? |
Kamis, 12 September 2013
Aku menulis sekedar hanya ingin menulis
Kami harus pulang dan bersandar di dinding kamarku. Seringkali rindu menyeruak hadir. Mau bagaimana lagi, ia masih manusia kan? |
Selasa, 10 September 2013
Puisi tengah malam
Telah tuntas kau dihajar malam. Jadi kamu hanya duduk di trotoar jalan sambil menyeka pelan darah yang mengalir di bibirmu. Siapa yang bilang puisi tak bisa menjadi cerita? Diseberang kamu lihat bangkai tikus. Kamu ingat rumahmu dan kenangan yang tak pernah kau tinggal. Aku ingat saat kamu duduk di meja makan sembaro bercerita tentang suatu ketika. Lalu kamu teruskan bermain dengan sembrono dan kau biarkan aku tersenyum menyaksikan. Sudah waktunya pulang kurasa tapi kamu enggan beranjak dari trotoar. Kamu berharap azan subuh menempelengmu pelan namun kau tak sadar di sekitarmu tak ada musola. Tak pernah ada musola. Semalaman kamu biarkan malam menghajarmu hingga habis. Dan kini saat kamu mengaduh kamu mengingat sudah beberapa tahun sejak terakhir kamu berdoa. Mungkin Tuhan akan mengabulkan. Mungkin Tuhan sekedar mendengar dan takkan mengabulkan. Mungkin Tuhan seperti pacar paling pencemburu. Lalu ia berpikir apabila dari doanya ia akan diberikan yang terbaik, apa gunanya ia berdoa? Dan sekali lagi aku tanya, siapa yang berkata bahwa puisi tak mampu bercerita? Ia ingat jutaan bangkai tikus yang terkapar si pinggir jalan selama ini dalam hidupnya. Ia berpikir apakah pernah ada duka melintas di kepala orang? Atau jijik saat membayangkan seekor tikus mati? Lalu nanti (dan ia benar-benar berharap nanti) ia mati, apakah akan ada duka melintas di kepala orang? Ataukah hanya ada orang yang merasa jijik membayangkanmu mati? (Dan apa sebenarnya perbedaan ia dengan bangkai tikus di pinggir jalan?) Masih adakah yang sangsi puisi tak mampu memberikanmu cerita? |
Minggu, 08 September 2013
Puisi maaf
Maaf karena saya sempat menulis. Saya hanya rindu dengan bisikkan kata-kata yang pelan-pelan saya tulis. Tapi saya takkan meminta maaf untuk berpuisi. |
Rabu, 14 Agustus 2013
Ralat untuk puisi Hio
Kalau ia beruntung maka ia masih akan mendapati bahwa hionya belum terbakar habis saat ia pergi keluar dan memanjatkan doa. |
Aku menulis diatas beranda sebuah hotel di Surabaya
Masa tepat diantara ia merasa normal membaca permainan rangkaian dan tidak sudah tak dapat ia terka lagi dengan benar. Ia tetap bisa menikmati keindahan kata sesungguhnya. Jadi ia tak mampu untuk memprotes apa-apa. Ia masih bisa duduk di beranda sediri saja dan tidak perlu khawatir ada orang lain yang diam-diam memperhatikannya menangis. Ia selalu saja datang dan pergi sendiri. Dan ia benar- benar meyakini bahwa ia tetap sama dengan dirinya sendiri. Tapi jelas saja ada yang berbeda. Dan jika kamu menanyakannya kenapa ia takkan pernah mampu menjelaskannya dengan baik kepadamu |
Senin, 12 Agustus 2013
Hio
Doamu bukanlah hio yang terbakar lalu hilang menjelma udara. Dan doamu yang pada akhirnya dengan lembut membangunkanmu. Membawa aroma hio ke sekitar dan akhirnya memaksa setiap makhluk mengamini doamu. |
Minggu, 11 Agustus 2013
Kopi dan teh
Belum lagi dingin kopi yang kamu sajikan diatas meja namun aku sudah berandai-andai pula sejak kapan aku lebih menyukai kopi daripada teh. Mungkin sejak kemarin, mungkin sedari dulu, atau mungkin baru saja sesaat setelah kamu seduh. Tapi saat akhirnya kamu memintaku pulang, aku hanya sempat berkata pelan: "Setidaknya biar aku habiskan satu cangkir ini dulu." |
Sabtu, 10 Agustus 2013
Perangko
Tak pernah aku tempel perangko di sudut kanan atas puisi-puisiku.
(Tapi sebenarnya aku benar-benar berharap kamu akan diam-diam selalu membaca puisi-puisiku)
|
Kotamu tak pernah melupakanmu
Kotamu tak pernah melupakanmu. Kamu yang selalu melupakannya.
Setiap langkah yang kamu buang di kota lain, ia berias secantik-cantiknya agar kamu enggan tak kembali.
Lalu udara yang kamu buang di dataran lain, ia jelmakan menjadi oksigen baru yang kamu hisap hanya saat berada disini.
Lalu nanti saat kamu pulang kamu hanya tersenyum sendiri sambil berpikir:
"Bukankah tak pernah ada yang mencintai kota ini seperti aku mencintainya?" |
Di kota malam hari
Tuan, bukankah Anda semestinya sudah terebah diatas hotel? Kenapa pula anda masi enggan melepaskan tangan dari stang sepeda motor? Ah, rupanya engkau rindu |
Senin, 05 Agustus 2013
Doa pelaut untuk anaknya
Selamat malam laut. |
Senyummu malam itu
Bulan bersinar remang-remang, awan terkadang menghalangi cahaya sedang hewan-hewan malam berkeliaran sesukanya.
Namun yang sampai kini membuatku heran ialah tentang aku yang tak pernah bisa mengingat senyummu malam itu
Sabtu, 03 Agustus 2013
Azan milik Ibu
Azan isya mengajakmu pulang. Setengah merwngut kau balas lambaian tangan mesra ibumu yang menjemput dari pos Ronda. "Tapi bu, hari ini aku masih ingin terus bermain hari "Kamu masih bisa terus bermain, Kamu tatap wajah ibumu lekat-lekat. Kamu kemudian berkata pelan. Ibumu tersenyum kemudian memelukmu pelan. Kamu tersenyum dan mebalas pelukan ibumu kemudian berujar, |
Puisi dan penulisnya
Puisi tak serupa surat. Tak perlu ada yang menunggu diseberang. Para penulis yang terbaik hanya benar-benar berharap puisinya dibawa angin alih-alih tas pengap Pak Pos. Para penulis yang baik tidak menualahkan pena atau jemari atas kata-kata yang tertuang di atas kertas. Kalau memang harus ada yang dikesalkan mungkin hanya betapa ia tak mampu menulis puisi sebaik ini untuk esok hari |
Jumat, 02 Agustus 2013
Pencuri
Hanya ada tiga ekor jangkrik di halaman saat seorang perampok datang ke rumahku. Aku mau tak mau terbangun juga saat kemudian berkata lantang: Kuusap-usap wajahku perlahan lalu berjalan ke beranda. Kulihat bayangannya berdiri seakan dipancang cahaya bulan. Ia kemudian berjalan ke arahku. Pencuri itu menamparku lalu lari cepat-cepat. Sayang tak sempat dinikmatinya cahaya bulan yang petlahan mengjilang dibawah bayangan pepohonan. |
Selasa, 30 Juli 2013
Seharusnya
Seharusnya kita tak pernah perlu pulang karena yang benar-benar kita perlukan hanyalah untuk sekedar bersama. Kamu bisa meneruskan menghabiskan kari ayam yang baru kamu makan separuh, Kita bisa melupakan koperku yang tergeletak di sudut pintu, lalu melanjutkan cerita yang walau sedari lalu sudah habis namun terasa tak habis-habis |
Jumat, 26 Juli 2013
Pergi
Kalau kamu meluangkan waktu sekedar duduk maka mungkin kamu akan sempat sekedar berandai-andai mengapa Kita bisa saja menyalahkan cuaca dan tertawa saat mendung tiba. Tapi sungguh |
Senin, 15 Juli 2013
Rumah
Selamat datang, Bagaimana kabar? Bukankah aku tak pernah lwlah dengan cerita? Lalu nanti setelah kau sudah puas dan lelah bercerita kita akan selalu bisa duduk bertiga di beranda dengan senja. Kemudian saatnya kamu atau kita pergi, kita akan tinggalkan rumah. |
Minggu, 14 Juli 2013
Yth Puisi
Halo kata, lama tak bersua. Telah sampai suratmu kemarin, maaf aku tak sempat merajutmu lagi. Mungkin beberapa masa (detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dasawarsa) kita akan bertemu lagi. |
Kamis, 11 Juli 2013
Maaf aku tak bisa lagi menulis
Dan pikiranku habis disita arus dan rangkaian.
Sabtu, 29 Juni 2013
Mungkin
Mungkin aku hembus udara yang akan kamu hirup. Lalu kita bisa bertemu akhirnya di kotamu. Bukan dengan kota berpucuk api atau sarang burung-burung besi. Tapi sayang mungkin sudah tak ada lagi aku didalam semuamu |
Selasa, 25 Juni 2013
Selamat (malam)
Sayang, bukankah kita hidup di saat ini? Sayang, bukankah kamu tetap bersama orang yang bernama sama. Dan kota-kota serta cahaya sedikit mulai merayakan kita yang tak bersama lagi. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi di antara kita. Mungkin kita memang selalu begini pikirku. Tapi tetap saja aku berandai-andai. Dan andaikan bisa aku akan bertanya padamu, namun aku terlalu mencintaimu untuk bertanya padamu. Lalu nanti saat kita pulang sendiri-sendiri aku hanya berpikir alangkah senangnya jika kita bisa menghabiskan beberapa ribu langkah berdua. |
Sabtu, 22 Juni 2013
Sungguh puisi ini tidak untuk merayu
Andai saja telingamu adalah telingaku, maka alih-alih berteriak aku cukup membisikkan namamu rendah-rendah. |
Rabu, 19 Juni 2013
Maaf untuk puisi saya kali ini
Maaf untuk beberapa kata dalam pikiran. Mungkin tak sempat kukatakan tapi apa bedanya jika aku benar-benar meyakini. Maaf untuk beberapa harap yang kuungkapkan. Dan mungkin belum sampai jemariku bibir untuk menggumam. Maaf pula untuk bait demi bait puisi yang terus buruk. Aemoga aroma bahagia tercium samar-samar dari sini |
Rabu, 12 Juni 2013
Kalau saja angin
Dan dia akan terhirup pepohonan, sekawanan bajing dan beberapa kaktus yang bersembunyi dipadang pasir.
Kalau saja angin serupa puisinya. Sudah dibawa ke telinga orang-orang dan beberapa manusia. Lalu beberapa mendengarkan, beberapa terbang diantaranya, beberapa tidak peduli. Dan nanti ia akan kembali ke tempat semula. Duduk diam sembari mendengarkan angin-angin di sekitarnya.
Kalau saja angin serupa mimpinya. Maka mimpinya akan jadi mimpi yang baik. Mimpi yang baik
Selasa, 11 Juni 2013
Untuk sebuah puisi
tak juga di pikiran dan gelombang kata-kata yang tersibak.
Lalu esok hari aku akan pulang dan kucari kemana-mana, namun tak dapat kutemukan pula. Aku harus pulang dimana-mana, aku harus membaca tapi tak pernah yakin membaca dimana. Lalu aku tak yakin untuk harus membacanya lagi atau tidak.
Dan andaikan saat ini kutulis sebuah puisi yang sama persis sekalipun aku tak benar-benar yakin apakah ini memang puisi yang sama atau tidak.
Selasa, 21 Mei 2013
Kamu ingin apa sekarang
apakah kamu ingin emas tak terhingga?
Tidak.
Mungkin wanita tercantik di dunia?
Tidak.
Atau kamu lebih suka hidup selamanya?
Tidak.
Lalu kamu ingin apa?
Tidur.
Menulis biasa-biasa
Tapi sejak kapan tulisan saya menjadi serumit ini pun saya tak pernah tahu.
Mungkin kata-kata ibarat buluh. Semakin dipakai semakin runcing.
Tapi untuk apa memiliki sajak dengan kata-kata yang runcing?
Di perjalanan
dan beberapa air yang menetes dari balik jalan.
Mungkin kita akan tiba,
ujarku.
Kamu menggeleng.
Kita tak perlu tiba dimana. Kita ada dimana-mana.
Ujarmu.
Aku mencoba mengabaikanmu dan membiarkan udara menerbangkan aroma canggung dan sendu.
Bukankah kita berdua saling mengait rindu?
Kita akan tiba. Sungguh, kita akan tiba.
Tekanku.
Kamu lagi-lagi menggeleng.
Untuk apa tiba jika kita memang tak pernah kemana-mana?
Tanyamu.
Singkat.
Aku ingin pulang. Dan kamu tak ingin kemana-mana.
Mungkin yang selama ini salah adalah pertanyaan. Bukan titik atau koma
Jumat, 17 Mei 2013
Astronot
Maaf atas perbedaan zona waktu, seluruh dunia bagai kelereng bagi kami. Dan kami bergerak, sungguh. Kami bergerak dan menyaksikan dunia bergerak.
Lalu kami tersadar,
"Ah betapa kecilnya."
Tak ada lagi perbedaan antar kamu, aku, kita, mereka. Kita semua muat dalam lingkaran telunjuk dan ibu jari kami.
Dan saat kalian tertawa, menangis, atau jutaan orang meninggal disana-sini. Sungguh, tak ada bedanya bagi kami. Sama sekali tidak ada.
Yang tersisa hanya kerinduan tentang daratan. Lalu kopi. Ya, kopi akan sangat membantu
Kamu Takkan pernah bisa menangis di luar angkasa
Aku hanya menatap matamu yang merah dan nafasmu yang tercekat.
Ah sayang, kamu takkan pernah bisa menangis di luar angkasa
Nil (ii)
Mungkin juga tidak. Pasir yang kita hirup tak sengaja mungkin juga sudah terbang ribuan kilometer jauh berharap dapat kembali pulang.
Sayangnya tidak. Sementara air yang mengalir tak henti-henti dari sungai didepan mata kita muncul dari air ribuan kilometer jauhnya dari suatu tempat.
Atau memang tidak.
Tapi bisa jadi. (Ya, bisa saja terjadi),
seluruh udara, air, dan pasir yang terbang jauh mungkin berasal dari nil yang hinggap dibawah kaki kita.
Sabtu, 11 Mei 2013
Nil
Kami akan selalu memuja beranda. |
Kamis, 02 Mei 2013
Pada setiap senja
Lalu jika sudah lelah, ia akan rapikan kursinya perlahan lalu mengutuk punggungnya yang selalu nyeri setiap udara dingin datang.
Kemudian ia duduk di depan televisi, menyalakan api dan seribu dupa.
Ia harap dirinya berdoa. Sungguh, ia benar-benar berharap seperti itu.
Tapi jika memang besok tak sampai senja lagi, mungkin ia takkan pernah menyesal menghabiskan sore terakhirnya menghardik satu persatu anjing yang lewat.
Jumat, 26 April 2013
Setengah bagian
Bagaimana kalau kamu tiba-tiba terbangun dan menemui setengah otakmu sudah dicuri waktu, Aku tak tahu. Mungkin akan kupakai setengahnya untuk menari. Atau memang aku tak pernah memakai setengah bagiannya selama ini |
Jumat, 19 April 2013
Anyelir
Mungkin saja jika kamu terlambat jatuh cinta padanya pada esok hari, sudah kamu temui bunga anyelir terisak dibawah sepatu.
Air matamu. Air matamu. Lalu menetes perlahan mengairi anyelir.
Lalu beberapa tahun kemudian orang-orang akan terheran-heran menemui anyelir merah tua yang tumbuh di antara trotoar jalan raya.
|
Yang tak pernah ada
Kalau suatu hari salah satu dari kalian atau kami membuka beberapa lembar cerita lama pun takkan ditemui cerita tentang orang yang tak pernah ada. Tentang mimpi-mimpinya, jari kelingking dan bola mata yang berkeliaran bebas. Orang yang tak pernah ada tak pernah meninggalkan mimpinya diatas selembar kertas. Atau dihanyutkan dalam botol. Sama tidak mungkinnya ia untuk melarung mimpinya di sungai dekat rumahnya yang tak pernah ada. Dan ia akan berkata jujur. Maksudku dusta macam apa yang akan mucul dari mulut orang yang tak pernah ada? |
Senin, 15 April 2013
(Cinta)
Maka nanti pada malam saat malam mengucapkan selamat malam padamu, aku hanya tersenyum menawarkan tangan untuk menari bersamamu. Lalu nanti jika hujan tiba dan rintik2 aku akan menawarkan senyuman yang sebaik-baiknya senyum. Dan kalau ternyata petir sempat hadir maka aku akan tertawa kencang dan kita terpanggang oleh (cinta) kita sendiri |
Kamis, 04 April 2013
Sabit
Bulan sabit yang bersembunyi dibalik busurmu mengatakan ringan padamu untuk segera: Lalu rindu-rindu yang mendadak muncul di antara udara dan pepohonan sekitar membuatmu ingat untuk segera: |
Senin, 25 Maret 2013
Langit
Tak juga udaranya, aroma bunga di sekitarmu, dan juga cahaya yang menyeruak masuk ke jendelamu
Tapi Ya Tuhan, betapa kamu akan merindukan langit-langit yang serupa di tanah ini.
Jumat, 22 Maret 2013
Puisinya yang terakhir
Lalu nanti jika beberapa tahun kemudian ia membuka perkamen-perkamen lama, ia akan menyesal setengah mati kenapa ia tak mampu menulis lagi.
Maka jika saat itu tiba, ia akan menyalahkan mata karena buta, telinga karena tuli, dan tangannya karena lumpuh.
Beberapa waktu yang lalu
Dan udara yang datang dan pergi di sekitarnya tak pernah tahu apakah oksigen yang mengalir disekujur tubuhnya itu adalah sama atau tidak dengan oksigen beberapa saat yang lalu.
Lalu beberapa jemarinya yang menggenggam harap, tak pernah yakin apakah harapan yang dipegangnya kini adalah sama atau tidak dengan harapan yang dibawanya saat masih kecil.
Dan ia ingat benar saat ia masih kecil dan keluar ke teras rumah, disaksikannya bulan, udara dan jemarinya ada disekitarnya.
Ia sempat bersumpah bahwa apapun yang terjadi, bulan, udara, dan jemarinya akan tetap sama.
Lalu kini? Ia tak pernah tahu. Apakah bulan, udara dan jemarinya adalah bulan, udara, dan jemarinya yang sama dengan bulan, udara, dan jemarinya yang dimilikinya beberapa waktu lalu.
Rabu, 20 Maret 2013
Malam-malam
Ada pula yang habis dengan lampu kamar menerangi huruf dan angka di atas tubuhmu yang tertidur.
Ada pula yang habis denganmu menuliskan segala sesuatu yang sebenarnya kamu tak pernah tahu apa itu.
Kotak bergambar hati
Lalu kutanya pelan padamu,
"Aku tak habis pikir masih kau bawa-bawa pula kotak bergambar hati milikmu?"
Kamu menjawab pelan,
"Ini bukan kotak bergambar hati, Sayang. Ini adalah hatiku bergambar kotak."
Yang tumpah kemarin
Tak sempat kuceritakan pada hidung dan mulutmu betapa aku merindukan cerita yang disampaikan oleh mereka saat diam.
Tak sempat pula kusampaikan rindu yang sedalam-dalamnya rindu kepada wajah, telapak tangan dan jemari yang disembunyikan olehmu dariku.
Tak sempat
"Mampukah kamu membuat bola dunia dari benang-benang?"
Mana sanggup, Tuan. Aku sendiri sedang merajut langit dengan alis.
Skizofrenik
Atau suaranya yang mengiring dan mengirimmu ke mimpi
Dan beberapa guntur yang membangunkanmu di tengah tidur, membuatmu berpikir sejenak sekarang pukul berapa lantas tertidur lagi.
Sama seperti kamu tak bisa menyalahkan nol yang hadir mengikuti beberapa angka.
Atau betapa tentang 1 yang sedemikian merindukan 31.
Atau kamu yang merindukan bola matamu, dan aku yang merindukan bola mataku dan beberapa angka yang tak bisa lagi aku ingat.
Juga dengan sebongkah emas diatas tugu api. Tentang anak kecil yang berlari dipelataran parkir.
Dan juga tentang mimpi kemarin yang tak punah juga sampai hari ini.
Lalu saat otakmu yang mati dan membuatmu berpikir apa beda antara saat ini, kemarin dan beberapa detik yang akan datang.
Sekarang terdengar suara-suara di mulutmu. Dan dari telingamu keluar nyanyian sendu dan bisikan-bisikan yang membius kulitmu dengan aroma rindu yang dihembuskan oleh masa kecilmu.
Dari beberapa kenangan yang kamu ingat, dan beberapa kenangan yang tak pernah kamu ingat, lalu beberapa kenangan yang setengah mati kamu harapkan untuk kamu ingat.
"Mungkin kita bisa mulai dari awal lagi?"
ujarmu pada kamu. Lalu diteruskannya pada bayangmu dan akhirnya pada cahaya lampu samar-samar yang muncul tiba-tiba dari kamar.
Jumat, 15 Maret 2013
Setelah
Kamu dengan buku sketsa di tangan kiri dan pensil di tangan kananmu.
Aku dengan Probe Simpson di tangan kananku dan Diagram di tangan kirimu.
Di tengah musim
Jemarimu yang membeku kini mendesiskan suara rindu terhadap api. Rindu yang sama yang diucapkannya kepada salju di tengah kemarau.
Tulang-tulangmu bergemeretak lirih. Bola matamu melirik ke sana kemari.
Tak lama kemudian kamu tertidur. Esoknya kamu tak perlu terbangun lagi untuk merasakan semua itu
Senin, 11 Maret 2013
Pada beberapa
Kadang aku memuja hujan, kadang menghinanya.
Kadang aku menceritakan debu, kadang menyapunya.
Dan kadang karena aku hanya sekedar ingin menulis.
Kamis, 07 Maret 2013
Pada sebuah doa
Dan kata-kata yang terucap, rindu-rindu yang mengerak di lidah, tangisan-tangisan yang sudah mengering.
Maka kami harap dengan sesungguhnya harap bahwa Engkau akan menyampaikan kepadamu bahwa kami selalu mencintaimu.
Kamis, 28 Februari 2013
Aku ingat Ibuku
Atau memang tak pernah ada waktu disana, sekedar 1 hari yang tak pernah berganti? Aku tak tahu Ibu.
Aku tak pernah tahu tentang kematian. Aku sungguh-sungguh tak tahu.
Apakah mati sekedar berpindah dari bumi lalu hidup ke dalam memori?
Aku ingin memlukmu Ibu. Lalu dikatakan semua akan baik-baik saja. Dan aku akan percaya setengah mati. Lalu aku tak perlu peduli tentang apapun, bukankah aku memiliki Ibuku dipelukanku?
Takkan pernah aku bisa membalas Ibu.aku ingin menangis dipangkuanmu lalu menghabiskan seluruh air mataku dan tak perlu mengeluarkannya lagi seumur hidupku.
Ibu. Sudah pagikah disana?
Maafkan atas segala luka disekujur tubuhmu. Maaf tak sempat aku basuh kakimu. Maaf aku tak pernah sempat menunjukkan betapa aku mencintaimu. Maaf untuk segala sesuatu Ibu. Maaf untuk segala sesuatu Ibu. Maaf untuk segala sesuatu Ibu.
Jumat, 22 Februari 2013
Akar kelakar
Aku tak tahu apakah aku gusar atau parau. Atau harus mengingat sendu saat hujan putus dan kering mengangkat tubuh.
Tapi bukankah aku manusia menurutku? Lalu apa guna akarku?
Tapi bukankah aku pohon menurutmu?
Lalu apa guna kelakarku?
Mendung
dan tenggorokan setengah tercekat. Dan binatang serta bintang menjalar di lantai.
Dan mimpi menjutai di pinggir jemari.
Aku mungkin bermimpi saat ini, tak tahu.
dan penaku mungkin menulis sendiri, aku tak tahu.
Atau kertas meluncur jatuh serupa hujan yang enggan turun malam ini.
Terima kasih mendung karena kamu tak pernah diingatan saat segala sesuatu yang buruk tiba
Kamis, 21 Februari 2013
Drakula
pun juga anakmu. Kamu bersumpah tak akan menarik darahnya. Aku percaya. Namun aku tetap berandai-andai apa yang terjadi pada anak-anak yang bukan anakmu?
Apa pula yang terjadi pada jemarimu. Pada tanganmu. Pada iris dan kelopak matamu. Kau biarkan ia menggembung sementara kamu mengisakkan tangis panjang dari bola mata.
(Yang kelak kamu sungguh percaya saat tangisanmu masih berlanjut sedang air matamu surut dan sedihmu tak pula larut, hanya ada darah segar yang mengalir menggantikannya)
Tentu saja itu menurutku. Aku tak tahu tentang ceritamu. Namun bagaimana sempat kamu menjelaskan sementara jubahmu selalu melayang diantara langit malam?
Minggu, 17 Februari 2013
Lalu kamu
Duduk sendiri di depan beranda menikmati udara.
Dan aroma kopi yang membakar hati.
Dan abu yang menyala di kejauhan.
Dan pikiranmu yang kembali padamu beberapa tahun yang lalu.
Selamat datang
Tamparan sama yang diberikan oleh udara kota ini ke paru-parumu.
Uap air dan udara yang sama mengisi aliran darahmu.
Maka, selamat datang kembali di kota yang mungkin saja akan menjadi kotamu.
Ya, siapa tahu?
Rabu, 13 Februari 2013
Matanya
Mungkin ini kotaku, ujar matanya.
Lidahnya menggeleng, namun dibiarkan angan-angannya mewakili jawaban pembuluh darahnya.
Kataku, mungkn ini kotaku.
Ujar matanya lagi.
Angannya tak cukup mampu untuk berujar. Lidahya enggan berbicara. Bukankah kata-kata dan kalimat seperti ini tak pernah dimaksudkan untuk diucapkan?
Kamis, 07 Februari 2013
Pulang
Sudah tercium aroma rumahmu, empuknya kasurmu, senyum ayahmu, aroma sedap malam, semua.
Maka (mungkin) saat kamu pulang, kamu akan berandai-andai untuk apa sebenarnya kamu pergi
Rabu, 06 Februari 2013
Weker
Mungkin karena telingamu kebas mendengar hal yang sama setiap pagi
Atau mungkin karena otakmu bosan untuk terbagun setiap pagi
Senin, 21 Januari 2013
Pada selembar foto
Dan wajahnya yang dulu dengan garang menantang angin, kini kendur ditendang waktu.
Dan matanya yang tetap matanya. Namun dapat kamu lihat betapa rindu tersimpan baik-baik disana.
Dan betapa kamu tak berada di sampingnya. Menjadi tulang baru bagi punggungnya, menjadi rahang yang menahan angin dan menghapus rindu yang tersembunyi dimatanya.
Jumat, 18 Januari 2013
Mungkin seharusnya
ujarmu padamu sendiri.
Tapi akan berada dimana jika kamu ada di tempat selain ini pun kamu tak tahu.
Atau mungkin memang bahwa sebenarnya kamu sedang tak ingin berada dimana-mana saat ini.
Rabu, 16 Januari 2013
Yang membedakannya dengan senja
Mungkin juga karena ia tak pernah peduli harus muncul kapan. Karena selama ini ia sadar betul bahwa senja tak pernah datang terlambat.
Atau mungkin (dan memang sangat mungkin) yang membedakannya hanya sekedar bahwa ia ingin setengah mati menjadi senja sedang senja tak pernah terbayang sedikit pun ingin menjadi dirinya.
Selasa, 15 Januari 2013
Insomnia
Ia duga itu cara malam memarahinya. Untuk beberapa saat saja. Lalu saat marah malam reda, dibiarkannya tertidur kembali.
Dibuainya ia dengan iringan angin, gemericik daun dan kehadiran embun. Dan ia tertidur.
Mungkin malam memarahinya karena pada malam-malam lainnya ia habiskan diatas kursi dan memikirkan tentang segala sesuatu.
Jadi pada malam-malam tertentu, ia terpaksa membiarkan malam mencuri tidurnya
Sabtu, 12 Januari 2013
(Atas) Nama
Ia berharap ada disampingmu, memelukmu, lalu mengatakan padamu bahwa semua akan baik-baik saja.
Namun ratusan kilometer yang memisahkan kalian, membuat sayatan-sayatan kecil pada tali yang saling kalian genggam.
Karena itu, ia izinkan seseoarang dengan (atas) namanya disampingmu, memelukmu, lalu mengatakan padamu bahwa semua akan baik-baik saja.
Lalu beberapa ratus kilometer jauh situ ia telan sendiri air matanya dan berharap bahwa pada nantinya akan kembali di titik tengah.
Entah ia, entah dirimu
Dalam perjalanan
Yang kamu lihat hanya pepohonan di sekeliling, angin yang tak berubah, dan aroma kelelawar yang begitu. Selalu begitu.
Diharapkannya olehmu bahwa kamu akan ditempatkan pada tempat yang baru. Harapan yang tak perlu karena memang kamu akan berada di tempat baru beberapa jam kemudian.
Jadi kamu nikmati saja duduk di udara, telapak kaki menyentuh lumpur dan besi, serta atap-atap berminyak yang menggores rambutmu.
Tak ada yang duduk di kananmu. Kamu sendiri. Benar, kamu sendiri. Maka dinikmatinya aroma dupa dan debu yang terbakar di udara.
Nillam
"Ya Tuhan, awan berlarian kesana-kesini, angin membawa hujan, dan matahari bersinar terang-terang ke bumi. Mengapa aku harus bekerja di hari seindah ini?"
Sesaat kemudian kamu diam. Lalu kembali memutar-mutar sambungan peralatan. Lalu diam, mendongak dan menatap angkasa lantas bergumam:
"Ya Tuhan, burung terbang lantang-lantang, pepohonan menutupi langit, biru mewarnai angkasa. Mengapa aku harus bekerja di hari seindah ini?"
Sesaat kemudian kamu diam lago. Lalu kembali memutar-mutar sambungan peralatan. Lalu diam. Pada akhirnya kamu menulis puisi ini.
Kemudian kamu memutar-mutar peralatan lagi.
Selasa, 08 Januari 2013
Selembar foto pinggir kapal
atau kota kecil. Aku tak pernah yakin berada dimana saat fotomu diambil.
Tapi sungguh, dan memang benar-benar sungguh, aku harapkan aku sedang ada di balik lensa dan membidikmu yang sedang tersenyum sembari memegang balon putih berhelium.
Pada segala sesuatu
Lalu pada radio kami sembunyikan kesunyian.
Sebenar-benarnya kesunyian
Kamis, 03 Januari 2013
Timbal
Bagaimana kau habiskan waktu di pohon akasia, menanti para pemancing dan berjalan berdua dengan imajinasi di atas besi-besi
Setengah mati kamu benci pada timbal yang menguap kamu tahu kamu akan selalu merindukan duduk menatap langit dan berpuisi pada gemerisik dedaunan di atas kepalamu
Ah, betapa kamu rindu