Kemarin tiba kacamu di jendela,
dan beberapa air yang menetes dari balik jalan.
Mungkin kita akan tiba,
ujarku.
Kamu menggeleng.
Kita tak perlu tiba dimana. Kita ada dimana-mana.
Ujarmu.
Aku mencoba mengabaikanmu dan membiarkan udara menerbangkan aroma canggung dan sendu.
Bukankah kita berdua saling mengait rindu?
Kita akan tiba. Sungguh, kita akan tiba.
Tekanku.
Kamu lagi-lagi menggeleng.
Untuk apa tiba jika kita memang tak pernah kemana-mana?
Tanyamu.
Singkat.
Aku ingin pulang. Dan kamu tak ingin kemana-mana.
Mungkin yang selama ini salah adalah pertanyaan. Bukan titik atau koma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar