Selasa, 21 Mei 2013

Di perjalanan

Kemarin tiba kacamu di jendela,
dan beberapa air yang menetes dari balik jalan.

Mungkin kita akan tiba,
ujarku.
Kamu menggeleng.

Kita tak perlu tiba dimana. Kita ada dimana-mana.
Ujarmu.

Aku mencoba mengabaikanmu dan membiarkan udara menerbangkan aroma canggung dan sendu.
Bukankah kita berdua saling mengait rindu?

Kita akan tiba. Sungguh, kita akan tiba.
Tekanku.

Kamu lagi-lagi menggeleng.
Untuk apa tiba jika kita memang tak pernah kemana-mana?
Tanyamu.

Singkat.

Aku ingin pulang. Dan kamu tak ingin kemana-mana.

Mungkin yang selama ini salah adalah pertanyaan. Bukan titik atau koma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar