Sesekali masih sempat ia untuk duduk sendiri dan membuang senyum. Dan karena memang hidupnya selalu baik-baik saja, ia merasa perlu untuk tidak peduli dan membakar segila. Ia biarkan asap berterbangan di udara dan ingatannya mengembara sembunyi-bunyi di bawah awan. Ia tak terkutuk. Tapi tak ada alasan untuk sesekali tak mengutuk, kan? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar