Kamis, 02 Mei 2013

Pada setiap senja

Hanya pada setiap senja ia duduk saja (seorang diri mungkin) menghadap jalan raya sambil menghardik satu persatu anjing yang lewat.
Lalu jika sudah lelah, ia akan rapikan kursinya perlahan lalu mengutuk punggungnya yang selalu nyeri setiap udara dingin datang.

Kemudian ia duduk di depan televisi, menyalakan api dan seribu dupa.
Ia harap dirinya berdoa. Sungguh, ia benar-benar berharap seperti itu.

Tapi jika memang besok tak sampai senja lagi, mungkin ia takkan pernah menyesal menghabiskan sore terakhirnya menghardik satu persatu anjing yang lewat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar