Semenjak lahir ia tak sempat berandai-andai akan jadi apa ia jika tak jadi spasi pada puisi-puisi ini.
Ia selalu iri kepada huruf a yang selalu hinggap di setiap kata.
Mungkin juga iri kepada z yang walau jarang namun selalu menunjukkan kegagahannya setiap muncul.
Ia bisa saja lahir di puisi-puisi lain dan menjelma menjadi i pada "Bulan Juni".
Atau bisa saja (jika beruntung) diizinkan untuk hadir menjadi u pada "Cita-cita".
Namun ia sabar saja dan tak pernah protes padaku ia lahir hanya menjadi spasi pada puisi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar