Selasa, 29 April 2014

Hujan di braga

Diam-diam hujan turun di braga.
Beberapa pelukis cepat-cepat membungkus lukisannya. Mungkin mereka takut air mencuri keindahan lukisannya.
Atau mungkin mereka ingat sewaktu kecil dulu ibunya melarang mereka bermain hujan. Lalu sekarang atas nama rindu ibunya, mereka menjadikan hujan sebagai kawan yang selalu dirindu.

Ada yang menyebrang jalan, berdiri di trotoar dan menghirup udara bercampur air. Seorang gila berteriak-teriak, ia lupa bahwa dirinya harus pulang 20 tahun lalu. Tapi hujan mengembalikan ingatannya, dan nanti saat hujan reda ia akan kembali menjadi orang gila biasa di pinggir jalan.

Jadi kalau suatu ketika kamu sempat berjalan kala hujan di braga, sisa-sisa bayanganku akan masih tersisa di sebuah restoran sejak 1929 sembari menunggu ampas kopiku turun ke bawah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar