Aku tak yakin benar apakah kamu sempat mengetuk pintu rumahku atau tidak. Aku hanya ingat bahwa saat aku membuka pintu untuk duduk di beranda, tiba-tiba kamu sudah muncul berlinang air mata.
"Maaf aku telah dan akan selalu mengganggumu malam-malam. "
Aku membuang nafas kemudian tersenyum.
"Menjawab tangisan-tangisanmu dan mengembalikanmu kepada rumahmu adalah resiko yang kuambil ketika aku katakan aku mencintaimu sore hari itu."
Ujarku lewat diam
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar