Dengan genggaman
Batu
Mengetuk pintu-pintu dan harap-harap membawakan puja-puja serupa doa-doa sembari membakar dupa-dupa.
Ia kira tuntas semua pagi itu:
Segala rupa, benci serta rindu.
Semua gala, kelopak mata serta windu.
Dan atas nama doa yang hampir lari dari hbu lidahnya, ia memohon maaf sejujur-jujurnya pada dirinya sendiri.
Sehingga lain kali jika memang benar ia bisa hidup lagi, ia takkan selalu habis dihajar malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar