Pikiranmu serupa perpustakaan raksasa: besar, menggurita dengan segala cerita. Tapi aku kadang ingin mengingat sesuatu dan tersesat di dalam pikiran semesta.
Semua akan baik-baik saja, toh jika kamu tidak pernah sadar bahwa kamu memiliki Alzheimer, kamu takkan punya cukup waktu untuk mengasihani dirimu sendiri.
Kasihan selalu datang dari sudut pandang ketiga. Sudut pandang orang pertama hanya serupa novel. Kacamata besar dengan kemampuan pembesaran teramat jauh hingga melupakan batas pinggir halaman-halaman buku.
Rasa derita selalu datang dari pikiranmu yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu lain. Kalau tak mampu berpikir, bagaima bisa kamu menderita?
Bagaimana bisa kamu merasa tercela terbangun di kasur penuh dengan muntah dan bantal basah dengan air mata?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar