mungkin ini yang terakhir, siapa tahu?
"Aku tak tahu," ujarku jujur
dan bukankah memang aku selalu jujur padamu
walau kamu tak henti-hentinya ragu (ah, aku tak pernah menyalahkanmu)
mungkin nanti saat kita bertemu lagi hanya tinggal jemari yang tergetar
menggerek batu pun tak mampu, paru-paru menghisap udara pun tak mau, air mata yang mengalir pun enggan keluar
ia berharap bisa menghabiskan udara yang ada, dijadikan abu pun tak masalah
dan bukankah memang aku selalu jujur padamu?
ah betapa kamu selalu benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar