Minggu, 22 Mei 2016

Planet-planet

Planet-planetmu kemarin kini telah hilang dimakan lubang hitam dan kini aku tak bisa melihat langit dengan perasaan yang sama ketika aku melihatnya bersamamu beberapa masa lalu,

"Ada yang bilang ketika kamu mati kamu menjadi bintang. Omong kosong..."
ujarmu. Aku menyandarkan tanganku di kepala beralas rumput, kamu setengah duduk sambil membakar kretek di sampingku.

"Omong kosong bagaimana?"

"Ketika bintang mati ia akan menjadi lubang hitam. Mana mungkin yang sudah mati menjadi lebih mati dan menghancurkan yang lain?

Aku tak terlalu peduli dengan ucapanmu malam itu saat itu tapi aku ingat seluruh kalimatmu pada malam ini ketika planet-planetmu hilang dimakan lubang hitam.

"Kalau aku mati, aku akan menjadi planet." ujarmu yakin. Kamu kemudian menunjuk satu tempat diantara bintang yang kosong dan berujar bahwa disanalah kamu akan muncul.

"Aku adalah putaran debu, dalam jantungku ada jalur susu darah namanya, oksigen yang tersisa disana cukup untuk beberapa mikroba. Sungguh aku akan menjelma planet ketika aku mati."

Aku tersenyum dan menggeleng. Aku balas ucapanmu,

"Kalau aku mati, aku akan menjadi bintang. Kalau aku lebih mati lagi, aku akan menjadi lubang hitam pemangsamu."

"Gila kah, kau?" tanyamu cepat.

"Mungkin. Tapi bukankah dengan begitu kita bisa bersama selamanya?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar