Jumat, 20 Mei 2016

Penumpang terakhir

Kereta berhenti juga, kamu melirik jauh ke kanan kemudian memutuskan bahwa ini benar-benar stasiun terakhir.

"Bagaimana kalau aku ingin ke stasiun terakhir tapi tak ingin menambah membayar tiket?

Petugas restorasi yang cantik tersenyum kemudian menempelkan jari ke mulut sambil menunjuk pojokan tempat cuci yang penuh dengan piring kotor.

Kamu mengangguk mengerti.

Satu piring kotor...

Dua piring kotor...

Tiga piring kotor...

"Maaf aku harus turun, rumahku bukan disini tapi aku harus berada disini malam ini. Kamu bisa turun dimanapun, kereta ini milikmu selama kamu mencuci habis piring-piring di sini."

Kamu menggangguk sebagai ucapan terima kasih. Petugas restorasi memelukmu pelan. Sesaat kamu merasa ingin pulang. Sesaat kamu ingin turun dimanapun petugas restorasi turun.

Empat piring kotor...

Sekian piring kotor...

Piring kotor habis sudah. Kamu adalah masinis kereta malam ini dengan hantu-hantu yang baik sebagai penumpang yang buruk. Kamu tersenyum, kereta masih berjalan sedang pikiranmu tak hendak kemana-mana.

Jadi kita kembali ke awal puisi ini, kereta berhenti. Kamu adalah penumpang terakhir tapi sayang kamu harus turun supaya kereta tetap menjadi kereta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar