Minggu, 16 Februari 2014

Puisiku tak lagi indah

Mungkin puisiku tak lagi indah. Siapa yang bisa benar-benar kusalahkan?
Aku bisa saja menyalahkan pena dan tinta, tapi sejak kapan aku menulis puisi di atas kertas?

Beberapa hari belakangan cuaca sedang buruk. Sungguh, aku tak berbohong.
Kamu bisa melihat abu dari mulutmu mengeluarkan asap setiap kali kamu bernafas dan membuatmu berandai-andai untuk apa pula beberapa hari kemarin kamu membeli tembakau untuk sekedar menghembus udara jika kamu bisa melakukannya setiap saat?

Atau mungkin aku rindu untuk pulang. Aku tak tahu. Mungkin, mungkin juga tidak. Aku rindu pada segala apapun yang tak bisa kuingat. Dan yang demikian itu bukankah rindu yang paling indah?

Mungkin bisa juga jika dikatakan tak ada yang salah. Ujung jari mungkin pada akhirnya mengambil alih. Tapi kupikir lagi manusia macam apa yang menyalahkan ketakmampuan menulis puisi pada ujung jari?

Jadi aku akan menulis. Sekali lagi maaf jika ia tak lagi indah.

Atau jangan-jangan memang puisiku tak pernah indah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar