titik tengah antara Norwegia dan Indonesia tak pernah lagi muncul dalam diskusi kami. sekarang hanya ada bayang-bayang tentang yang akan datang, yang akan pulang, dan yang akan berakhir malang.
dan saat air matanya mengalir pelan-pelan dari sudut matanya dan terjatuh di atas kaki telanjangnya, nyaris kalah aku melawan keinginan untuk jatuh cinta lagi padanya.
tapi ya itu tadi, Norwegia terlalu dingin sedang Indonesia terlalu panas.
suatu waktu ia mengeluh tentang betapa sun-block terbaik pun tak mampu juga mencegah kulitnya untuk terbakar. aku hanya tertawa
sedang suatu hari aku mengeluh betapa dinginnya udara Norwegia yang mampu membuat ujung jemariku kaku. ganti ia yang tertawa
lalu kami jadikan cerita indah tentang hidup berdua di suatu gurun di Kazakashtan, tepat di antara Norwegia dan Indonesia.
betapa kuat keinginan? hanya sekuat butir pasir di Kazakhstan yang tersapu angin Mansoon dari Indonesia ke Norwegia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar