Kamis, 19 Mei 2011

Sore hari setelah dan sebelum purnama

bahasaku sederhana, engkau yang menerjemahkannya terlalu rumit bagaimana bisa pertanyaan "Ya" atau "Tidak" malah kau balas dengan rentetan jawaban tak henti? Puisiku sederhana, engkau yang membacanya terlalu lantang bagaimana bisa puisi lembut macam ini malah kau teriakkan seakan membangungkan yang mati? Patah hati itu sederhana, engkau yang membuatnya sulit (bukankah menyebalkan kalau akhir puisi ini tak berima? Tapi bagaimana lagi? Puisiku tak sulit, keinginanmu lah yang membuatnya terlalu rumit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar