Kamis, 24 Februari 2011

Laut

Gadis itu diam saja saat bertanya dalam hati: "Mengapa air laut itu terasa asin?" --mungkin karena air matamu yang terus-menerus kamu kucurkan sejak pagi tadi-- kita tak pernah tahu Laki-laki itu ingin meminta maaf kepadamu tapi ia berdiri saja memandangimu dari jauh dari tadi --mungkin kamu memang ditakdirkan seperti ini, indah di lautan-- kita tak pernah tau

Selasa, 22 Februari 2011

Di sudut taman

Tadi pagi kau yakinkan aku bahwa kita akan bertemu nanti sore di sudut taman tapi bukankah sedikit menyedihkan kalau ternyata taman ini tidak bersudut?

Senin, 21 Februari 2011

Melindungimu

Waktu-waktu itu ia rasa akan lelah jika harus selalu menunggu ia lalu ia berharap. Sederhana saja. Jika kerinduannya tak bisa, maka semoga malam melindungimu.

Rabu, 16 Februari 2011

Cahaya

Ia pun berjalan sendirian saja, digerek paksa olehnya bayangannya. inginnya ia mengatakan selamat malam untukmu namun mendadak jarak antara pagar rumahmu dengan pintu rumahmu menjadi tak hingga, jadi ia urungkan saja niatnya. bukankah semua permintaannya sudah terkabul saat semua lampu jalan itu menyala? jadi pada malam itu ia putuskan untuk jatuh cinta pada cahaya namun tetap saja terasa berat saat ia berjalan menggerek bayangannya

Selasa, 15 Februari 2011

Lelaki pukul tiga dini hari

Pukul tiga dini hari ia berkata pada emaknya, "Mak, aku akan pergi membingkai kata, memprosa makna kemudian membantingnya hingga pecah berkeping-keping lantas orang-orang akan berteriak-teriak: 'Ini puisi! Ini puisi!' " Emaknya menggeleng, antara mengantuk dan tak peduli ia hanya membalas ringan, "Pergilah dan saat pulang carilah kunci di bawah tumpukan jerami." "Ah mak! Itu dia yang sedari tadi kucari! Inspirasi!" dan emaknya tertidur lagi. Esoknya pukul tiga dini hari laki-laki itu tak tampak lagi batang hidungnya mungkin dimakan angin, atau juga di simpan karang, apa bedanya? Yang jelas saat ini emaknya tak henti-hentinya berteriak-teriak: "Ini puisimu nak! Ini puisimu nak!"

Minggu, 06 Februari 2011

Isa

"Laki laki itu tak boleh menangis," ujar ibunya entah dimana ia cari kemana kebijakan itu, mungkin di balik buku-buku Dari ia kecil ibunya selalu berkata seperti itu: "Kita selalu mencari-cari diri kita dibalik lembaran-lembaran... kemarin buku, lalu hari ini ayat-ayat (suci)." Dan baru tadi pagi, benar-benar baru pagi ia dapat merasakannya "Hey! Aku tak pernah suci walau selalu bersuci! Aku tak pernah ada walau selalu terjaga! Dan Ayahku tak pernah pulang walau ibuku selalu duduk sendiri dirumah!" Dalam hati ia merasa dirinya Isa Tiba-tiba petir menyambar kemudian ia mati Sedang kita takkan pernah tau apakah ia benar-benar Isa atau anak haram jadah biasa

Kamis, 03 Februari 2011

Jika ia diperkenankan

Jika ia diperkenankan untuk mencintaimu 
Namun jika tidak boleh, duduk sendiri menulis puisi untukmu pun tak mengapa 

Jika ia deperkenankan mengirimkan puisi untukmu
Namun jika tidak boleh, duduk sendiri kemudian membacakannya untuk angin pun tak mengapa 

Jika ia diperkenankan membacakan puisi untuk angin
Namun jika tidak boleh, diam sendiri membaca dalam hati pun tak mengapa

Jika ia diperkenankan membaca puisi dalam hati
Namun jika tidak boleh, duduk saja di beranda rumahmu berharap kamu keluar pun tak mengapa

Ia takkan pernah menjadi penyair

Ia takkan pernah menjadi penyair, takkan pernah Menulis satu sajak saja tak mampu menggerinda gerigi dan celah jari untuk bernarasi pun takkan mau Ia takkan pernah menjadi penyair, takkan pernah Ia hanya mampu menyimak mana yang gigi lalu membedakannya dengan gusi mana yang nyala lampu dan mana yang nyala petromaks Namun tetap saja ia berkeliling kampung sambil berteriak-teriak