Jumat, 28 Mei 2010
Sebuah puisi tentang perih
Ia rasa perih telah berbicara dalam bahasa lain
karena itu ditutupnya telinga kemudian ia berpura-pura tak berbahasa apa-apa
Lalu perih berbicara dalam bahasa yang lebih sederhana
ia berbicara dalam sepi, kemudian menyayat, lalu mengaduh, lantas hilang
Dibalik cahaya diduganya seseorang menyanyi, ia sungguh berharap bahwa dialah yang bernyanyi
tak ada yang menyanyi, "Nyanyian itu apa?" ia sendiri pun tak tahu
Karena tak ada yang mengetahui sejak kapan perih lahir, ia putuskan untuk menari
namun ia muak menari karena ia akan menari hanya demi perumpamaan yang mengaduh.
Dan karena tak ada yang menari, menyanyi dan berkata-kata ia izinkan nona itu untuk melukis dengan satu warna:
hitam
*Ada baris didapat dari komentar Blackmemo. Contact me if you mind and I'll delete it right away
Ia tidak akan mati
Dan baru-baru ini saja disadarinya bahwa semesta ini hidup; benar-benar hidup
Dunia ini tak melulu tentang dirinya
Ada burung-burung yang berkicau
Serangga-serangga yang berterbangan
Dan seekor kutu busuk yang:
mati
Jadi ia tak habis pikir kenapa dia harus bersedih saat dirinya sedih
Dia manusia tentu saja- karena itu ia bisa berpuisi saat ini kan?-
Dan ia ingin lebih dari itu, sungguh lebih dari itu
Lalu dibulatkan tekadnya: Ia tidak akan mati
Setidaknya tidak hari ini
Minggu, 23 Mei 2010
Hujan
Saat ia menangis, ia tak ingin ada seorang pun yang melihatnya
Jadi saat hujan turun, ia senang setengah mati
Karena kali ini ada langit yang menemaninya
Kamis, 20 Mei 2010
Sinyal dan Sistem
Ia sedang tak ingin berada dimana-mana saat ini. Tidak di rumahnya, tidak di kosannya, tidak pula di surau dekat kampusnya. Benar-benar tidak dimana-mana.
Sejujurnya ia ingin berada di suatu tempat yang bukan suatu tempat. Suatu tempat yang tidak pernah ada di dalam memorinya namun juga suatu tempat yang tidak akan pernah berada di ingatannya. Ia ingin di tempat semacam itu andaikan ada.
Ia ingin dipanggil dengan suatu nama kemudian tersenyum dengan panggilan itu. Dan lantas semua orang akan memanggilnya dengan nama itu sampai suatu titik dimana ia dikenal dengan nama itu yang bahkan ia sendiri tak mampu mengingat namanya yang asli.
Ia ingin keluar dari segala sistem. Sistem yang mengelilinginya kemudian mengaturnya dan pada akhirnya akan membentuk dirinya tanpa ia duga. Dan lantas saat ia sadar semuanya sudah berjalan terlalu lama sehingga ia tak tahu bagaimana cara keluarnya.
Namun semua berbeda saat kau menelepon. Ia tak ingin berada di tempat lain selain di tempat dimana ia menerima teleponmu. Semua pertanyaannya terjawab, denganmu ia tidak lagi menjadi dirinya. Ia menjadi orang yang teramat mirip dengan dirinya namun tetap saja bukan dirinya. Dan ia suka setengah mati dengan perasaan itu.
Ia tak mencintaimu—ia bahkan berencana meminta maaf kepadamu untuk itu. Tapi ia cinta setengah mati dengan keadaan dirinya saat bersamamu. Kukira ia egois tapi aku tahu ia jujur. Mungkin nanti ia akan belajar mencintaimu agar bisa mencintai dirinya dan kemudian berharap dengan sangat bahwa kau mencintainya.
Yah tapi itu mungkin dilakukannya nanti saja. Karena saat kau menelepon, di dunia ini hanya ada kamu, ia, dan sinyal-sinyal elektris yang berterbangan
Senin, 17 Mei 2010
Warna Semesta
Kamu tahu kurasa Tuhan menciptakan alam semesta ini dari warna
Dari putih diciptakan-Nya cahaya
Dari hitam diciptakan-Nya dunia
Dan dari warna kedua bola matamu diciptakan-Nya Cinta
Sabtu, 08 Mei 2010
Satu langkah sebelum surau
Satu langkah sebelum surau,
sayup-sayup kau mendengar keheningan
Kumpulan orang, yang satu menarik takbir yang lain khusyuk mengamini
Kamu tak pernah tahu berapa jauh sebenarnya satu langkah itu
Dalam hati, dirimu meraung-raung sepi
Kamu ingin ada dikerumunan itu:
Menangis saat ayat-Nya dibacakan
Kamu tak pernah tahu berapa jauh sebenarnya satu langkah itu
Tak ada yang tahu, sungguh tak pernah ada yang tahu
Kamu setengah mati ingin duduk di surau lalu tertidur dan dibangunkan saat subuh
Lalu solat dan lantas membaca Al-Quran
Kamu sungguh ingin berada di kerumunan itu, sungguh
Kamu ingin meneteskan air mata saat Al-Fatihah dibacakan
Kamu ingin menyapu seluruh lantai surai itu
Jadi nanti jika ada yang berkata:
"Ah, bersih sekali surau kita hari ini!", kamu hanya akan tersenyum saja
Kamu tak pernah tahu berapa jauh sebenarnya satu langkah itu
Kamu tak pernah tahu
Sungguh tak pernah tahu
Waktu masih senja
Waktu masih senja saat kau putuskan untuk mencintai bulan
Tak ada yang memaksamu, cinta macam apa yang butuh paksaan?
Maka kau diam saja menikmati senja
Lalu berharap bahwa malam lekas turun
Jumat, 07 Mei 2010
Kelahiran Matahari
Matahari tidak pernah dilahirkan kemarin
Dimana hanya ada kegelapan dan malam tak berbatas
Karena malam tak melahirkan matahari dan matahari tak pernah melahirkan malam
Matahari mungkin dilahirkan hari ini, baru saja tadi pagi
Karena itu orang-orang berteriak-teriak senang dan menamakan "pagi" dengan pagi
Tapi pagi pun tetap tak melahirkan matahari dan matahari tak pernah melahirkan pagi
Matahari mungkin sedang dilahirkan saat ini
Karena itu aku bisa memuisikan tentang matahari saat ini
Dan ia tak marah atau enggan kelahirannya dilahirkan (walau ia tahu aku selalu berbohong tentang kelahirannya)
Kamis, 06 Mei 2010
Memilah
Ia sibuk memilah yang titik dari yang koma
Yang konsonan dari yang vokal
Yang sepi dari yang ramai
Yang hitam dari yang putih
Tapi kamu dari yang lain? Ah ia sudah memisahkannya sedari dulu
Aku dan kamu
Kamu seperti sandal jepit yang hilang satu
Sedang aku seperti klakson yang berbunyi kencang saat mobil digedor maling
Aku seperti truk gandengan yang diam saat disalip pengemudi tak sabar
Kamu seperti sapu yang terdiam dipojokkan walau debu menghampar lebar
Kamu seperti lampu jalan yang menerangi jalan dan mati saat pemadaman bergilir PLN
Dan aku tetap menjadi buku asing di sudut perpustakaan yang pustakawannya pun tak tahu bahwa ia ada
Dan pada akhirnya kamu menjadi jalanan berbatu yang selamanya tetap direncanakan akan diaspal
Lalu aku tetap menjadi laki-laki, kelak sendiri
Langganan:
Postingan (Atom)