Minggu, 07 Oktober 2012

Bagaimana aku menulisnyá

Maafkan jika mungkin ada tembok di sekeliling kita. Kita tak pernah tahu harus membangun dimana dan darimana.

Panah di fotomu yang menunjuk ke atas. Oh Tuhan, aku tak tahu apa yang kutulis. Aku tak tahu apa. Aku tak tahu apa-apa!

Dan ini takkan pernah dapat berjalan. Aku bersumpah ini takkan pernah bisa berjalan. Aku mungkin bercanda tapi aku serius. Mungkin untuk sementara. Mungkin untuk selamanya. Tak ada yang tahu. Aku tak peduli. Tak ada yang peduli.

Siapa yang ingat tentang aturan dan ide?
Kita selalu benci untuk duduk berdua di kafe itu tapi selalu tertawa-tawa saat makan di kafe lain. Aku tahu dan mungkin kamu juga tahu. Apa bedanya apabila kamu tak tahu?

Aku berharap kita masih duduk berdua di dalam mobil, menyanyikan lagu lalu tertawa saat kita berdua lupa liriknya. Kau akan menertawakan selera musikku. Kau menghina monas. Kau menghina lawakanku. Aku memuji dirimu, cahaya, dan Dzat yang menciptakanmu.

Dan aku harap kamu tak menanyakan kenapa aku menulis ini. Aku tak tahu tulisan apa ini. Mungkin sekedar untuk menulis? Sedetik sebelum aku menulis puisi ini aku berdusta namun setidaknya aku tak berbohong saat menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar