Selasa, 22 Mei 2018

Hampir puisi

Aku melihatmu duduk di bawah air mancur membayangkan menuliskan surat untukku yang akan kubalas secepat aku membacanya. 

Dan kamu akan bicara bahwa kamu lelah. Kita semua lelah. Tapi kamu menuliskannya dengan jauh lebih cantik. 

Dan hidup kadang membuatmu terasa seperti ini saja tapi kalimat-kalimat tafsiranmu membuatku merasa iri dengan ujung jemarimu karena dikendalikan imajinasimu. 

Tapi surat balasanmu tak pernah tiba. Kukira ia terhimpit di dalam tumpukan tas tukang pos yang akhirnya merasa sudah cukup muak mengantarkan rindu dan tipu orang-orang tak pernah habis. Aku tak terlalu yakin. 

Jadi takkan pernah sempat kita bertemu. Karena itulah takkan sempat pula aku mematahkan harimu atau sebaliknya. Mungkin lebih baik begini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar