Bicara tentang kebahagiaan bagimu membuatku belajar menggunakan bahasa buatanmu sendiri sementara membiarkan kata-kata yang mengalir menggantikan perasaan.
"...dan walau sekarang sudah pukul sebelas malam aku kamu kita mereka masih pula enggan tertidur."
kita biarkan anak-anak kita kelak dirawat sore dengan cukup baik hingga mereka besar sebelum tengah malam sedang kita akan keluar pukul Dua belas malam lebih satu menit untuk menari."
Dan seperti biasa aku tak mengerti. Kamu hanya terdiam di bangku penumpang menyandarkan kepala pada bahuku sementara aku berpikir hendak kemana kita malam ini.
Sedang malam semakin panjang dan cerita kita akan semakin pendek. Aku melihat ke trotoar,
"Ciranai." katamu.
Aku mengerti tak mengerti bahasamu lagi. Aku mencoba tak peduli tapi bagaimana mungkin aku tak peduli padamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar