Apakah rembulan malam ini mendadak menjadi dua? Aku bertanya.
Lalu aku sadar bahwa puisiku tak pernah bercerita dengan baik. Lebih jauh lagi, puisi mana yang mampu bercerita dengan baik?
Jadi kalau aku sudah tak memerlukan lagi untuk menulis tentang seseorang yang tak pernah ada, maka puisi ini akan menceritakannya dengan teramat baik.
Dengan asumsi semacam itu aku menulis. Jadi mohon maaf jika tak ada yang bisa menikmati puisiku saat ini. Aku bahkan tak bisa menikmatinya.
Karena aku tak perlu kemana-mana, suaraku akan terdengar jauh di ribuan kilometer bersahut-sahutan dengan suara azan subuh yang membuatmu enggan meninggalkan kasur.
Ada yang bilang puisiku bukan puisi. Aku setuju.
Ada yang bilang puisiku serupa prosa. Aku tak setuju.
Aku tak tahu beda puisi dan prosa, sungguh.
Apakah ada tempat yang paling kamu sukai dari kota ini, Tuan?
Aku tak tahu. Aku selalu menyukai beranda, aku bisa tinggal dimana saja jika ada beranda dan segelas kopi.
Aku bisa berada Dimana mana jika ada beranda dan segelas kopi.
Tapi karena malam ini aku harus tertidur cepat, hanya ada aku, beranda, dan segelas susu kacang kedelai malam ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar