Kamis, 28 Januari 2016

2130 atau lebih

Maaf aku terlambat sampai kotamu walau aku tahu kamu tak akan pernah sabar menunggu. 

Berapa hari? 2130? Ah Nona, apakah kamu tahu aku tak pernah menghitung sampai seribu? 

Aku harap masih ada sisa karbon dioksida dari paru-parumu di udara,  massa dari bayanganmu di ujung-ujung kota dan getaran nyanyianmu di tengah-tengah hiruk pikuk kota. Tapi aku sadar aku bermimpi terlalu banyak saat ini. 

Aku tak suka kota ini, sungguh tak suka. Dengan manusia serupa robot dimana-mana. Aku ingin pulang, betul. Tapi aku jauh lebih ingin bertemu denganmu. 

Selasa, 12 Januari 2016

Tuhan di perempatan

Aku rasa ada Tuhan di setiap perempatan yang akan menunggumu apakah kamu akan belok ke kiri, ke kanan atau lurus saja ke depan. 

Pun juga dibalik tembok rumahmu yang diam-diam mulai retak dibayar hujan dan matahari. 

Atau mungkin di jantungmu yang masih saja tidak bosan memompa darah ke otakmu jadi kamu bisa memutuskan untuk belok ke kiri karena kamu tahu pada pukul berapa jalanan di depan akan mulai dipadati anak-anak yang pulang sekolah. 

Kamu hanya diam saja mengetuk-ngetuk setir mobilmu sambil bersenandung pelan mengiringi musik familiar yang kebetulan keluar dari radio yang kamu setel sedari tadi. 

Dan saat kamu belok ke kiri, Tuhan tahu dengan  pasti bahwa kamu sudah akan belok ke kiri puluhan masa bahkan sebelum kamu lahir. 

Tapi Tuhan menunggu. Dan kamu? Kamu tak pernah sesabar itu