Sabtu, 18 Januari 2014

Menari pulang

Lalu masing- masing dari kami harus pulang ke kepala masing-masing.

Kukira pukul tiga pagi waktu itu. Siapa sangka waktu itu bisa benar-benar terasa tak ada?

Beberapa enggan, beberapa menyambut ide untuk pulang dengan riang. Beberapa hendak tidur, sebagian masih enggan berbagi waktu dengan lindur.

Bagaimana mungkin tercipta puisi sebaik ini jika aku tidak pernah ingin pulang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar