Kamis, 05 April 2012

Kalau Anda Perhatikan Baik-Baik Ada Dua Cerita dalam Puisi Ini

Said dicerai angin semalam. Siapa sangka. Maksudku memang, siapa sangka? Said, dicerai oleh angin? Laki-laki macam apa yang walau sudah menikah dengan angin namun pada akhirnya tetap dicerai juga. Silet menatap nanar. Tidak dibayangkannya urat-urat halus yang merekat pada leher. Tidak dibayangkannya menunggu dengan sadar di atas meja. Tidak pernah dibayangkannya melompat liar memutus 27 gram yang selama ini begitu dipuja. Diantara daun gugur angin lari dari Said. Oh Said, Said yang malang. Angin yang malang. Tak pernah dunia ini menjadi milik mereka berdua. Tak pernah dan takkan pernah. Lalu silet resah. Ia ingin datang apa adanya tapi jeritan sakit menolaknya. Tak pernah ia minta lahir sebagai silet. Tak pernah ia minta lahir menjadi musuh. Tak pernah ia menyangka akan diburu waktu. Dan sekalinya ia, ia terlambat dan lahir sebagai memori baru. Said mencintai angin. Angin mencintai Said. Silet mencintai Said. Said mencintai silet. Angin membeci silet. Silet membenci angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar