Bisa kupastikan aku sedang duduk didepan pintu rumahku, melihat keluar dan tak berpikir tentang apa-apa
Tapi saat pintu sudah tiada, dupa tak bisa dibakar sembarangan, kaleng-kaleng tak punya tempat berinang, anak-anak kecil berlari-lari kegirangan, kakek pemotong dahan rambutan, orang gila yang menyapamu ramah, nenek penjual buah dibawah pelepah kelapa, penjual kopi pecinta bola, anak kecil penjaga toko, lapangan merah ditumbuhi gedung, dan beranda sudah tiada, aku hanya bisa sekedar menulis puisi sederhana ini.
Selamat tinggal, rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar